Sabtu, 05 November 2011

studi fisafat


Untuk Para Sobat SF yang Muslim, SELAMAT menafakuri IDUL ADHA Ibrahim yang berhati mulia, atas petunjuk Tuhan membawa isterinya Siti Hajar dan anaknya Ismail yang masih bayi ke sebuah lembah gersang yang dikelilingi bukit-bukit batu keras dan panas, dan harus meninggalkan kedua orang yang sangat disayanginya di situ. Sebuah ujian keimanan yang maha berat dari Tuhan kepada Ibrahim dan Siti Hajar. Seandainya kita menyaksikan langsung kejadian itu saat itu, pasti kita akan menilainya perbuatan kriminal, upaya pembunuhan isteri dan anak. Dengan hati perih Ibrahim meninggalkan dua orang yang dicintainya, dan sesungguhnya Ibrahim telah menyembelih perasaannya atas nama Tuhan, untuk sebuah rencana agung Tuhan bagi sejarah kemanusiaan. Bayi Ismail menangis lapar dan kehausan. Air susu Siti Hajar sudah mengering. Siti Hajar meletakkan bayi Ismail di tanah gersang, lalu ia lari mendaki ke bukit safa, dengan berharap dari ketinggian melihat ada oase, ada sumber air. Tapi tak ada terlihat. Lalu ia berlari ke bukit marwa, dari ketinggian di sanapun tak nampak adanya air. Siti Hajar pun berlari lagi ke bukit safa, sambil menjerit kepada Tuhan menagih janjiNya, memohon pertolonganNya. Lalu kembali berlari ke bukit marwa, sambil terus memanjatkan harap pada Tuhan. Sebuah batu tergelincir oleh kaki bayi Ismail yang menangis meronta. Dan tiba-tiba memancar air. Segar dan jernih. Dan itulah sumber air yang kita kenal hingga saat ini sebagai air zam-zam. Entah berapa milyar manusia telah meminumnya sejak dulu hingga sekarang. Dengan penelitian yang dilakukan dengan teknologi yang biasa digunakan meneliti sumber minyak, tak berhasil didapat kesimpulan berapa banyak air yang terkandung di dalamnya. Bekerja sama dengan badan antariksa Amerika, dilakukan penginderaan satelit dan teknologi super canggih lainnya, tetap saja tak berhasil didapat kesimpulan berapa banyak kandungan air, dan di mana ujung sumbernya. Para kafilah yang sedang menapaki perjalanan di gurun, melihat burung-burung beterbangan dan menukik, yang biasanya menandakan ada sumber air. Didorong rasa penasaran mereka menuju arah itu. Dan ternyata benar, ada air segar jernih yang melimpah. Dan sejak itulah menjadi tempat persinggahan favorit para kafilah yang melintasi gurun. Siti Hajar dan Ismail, hidup dengan menjadi pelayan makan minum para kafilah yang singgah. Dalam perkembangannya kemudian, lembah itu bernama Mekah. Dan dari keturunan Ismail, melintas beberapa abad kemudian, terlahir seorang pembawa peringatan dan kabar gembira untuk umat manusia, Muhammad Rasulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar