Sabtu, 05 November 2011

yang terabaikan


****YANG TERABAIKAN****

oleh Rini Purnomo pada 05 November 2011 jam 9:56
                              

     Prosesi malam baru saja dimulai,sinar matahari yang tadi melayu kini benar-benar telah hilang dari permukaan bumi,berganti jutaan bintang yang berkerlipan bak permata pengganti tugas matahari yang dipurnakan oleh datangnya malam.suara wanita-wanita penggosip yang tadi tengah membebas lepaskan perkataannya untuk menganugerahi orang lain dengan citra yang hinapun tlah mulai sepi,bukan karna mereka takut pada malam tapi karna ketakutan mereka akan habisnya kata yang akan mereka ucap pada esoknyalah yang membuat urung mereka melanjutkan pembicaraan hari ini.

    Sedang Diujung jalan belokan kiri,disatu tempat yang tak pantas disebut rumah sebab sangatlah reyot juga
usang,sebab banyak ventilasi yang diciptakan waktu lewat dinding kayu yang digerogoti rayap yang rakus.diatas pembaringan yang lapuk terbaring Lelaki tua yang pipinya tlah basah kuyup oleh airmata yang terlalu sering tertumpah, hentakan nafas panjangnya masih jua setia menemani raganya yang mulai rapuh digerogoti masa yang tak berpunya rasa iba.sesekali disekanya jua airmatanya berharap jasadnya tak mengutuk,jg tak ingin sungai pengharapan yang diciptanya lewat kejamnya perjalanan waktu menjadi kering karna harus terus tertumpah lewat butir-butir airmatanya.

    Dulu rumah lelaki tua tak sama citarasanya dengan saat sekaranng,pernah ada tawa juga bahagia yang menghadirkan diri dalam perjalanan sejarah lelaki tua,tapi itu dulu...ketika mereka yang sampai t saat sekarang masih disebutnya anak masih ada bersamanya.pernah dia merasa bahwa bau surga begitu nyata dipenciumannya.sampai tiba saat dimana anak-anaknya berpamit diri untuk menjudikan nasib dinegri oranglah yang membuatnya kehilangan segala yang bercitarasa tinggi dalam perjalanan hidupnya,hilang bersama kepergian anak-anaknya yang inginkan segala.

   Sekarang rumah ini tiada sama citarasanya dengan sepuluh tahun yang liwat,berbeda jauh memang.sepuluh tahun lalu banyak keceriaaan yang tercipta dirumah ini,adalah anak-anaknya yang dengan segala tingkah polah mereka tanpa sengaja tlah memberi warna sahaja.kini rumah ini tiada lagi berwarna,semua yang bernyawa dirumah ini sekarang tertatih.berusaha memaksa diri untuk sekedar mencium bau kehidupan yang terkadang tlah bercampur dengan bau kematian.

Semua berawal ketika anak-anaknya berpamit diri pada lelaki tua untuk menjudikan nasib mereka dinegri orang,lelaki tua tak pernah menyangka itulah akhir peristiwa dia melihat wajah anak-anaknya,akhir dimana lelaki tua bisa merasakan bahwa surga itu memang benar adanya.semua terasa berjalan hambar tanpa mereka didekatnya sampai lelaki tua  melupa bahwa dia masih punya seseorang yang tak patut dia abaikan keberadaannya.seseorang yang hampir tiga puluh tahun menghabiskan waktu dan pengabdiannya hanya untuk mendampinginya,dialah sibini yang dengan kata sah dari wali dan para saksi pernikahan mereka juga sebuah surat nikah tlah mengharuskannya untuk menggadaikan hidupnya untuk lelaki tua, meski kadang tak mendapat penghargaan yang pantas atas segala keridhaannya,namun selalu saja setia menemani lelaki tua menapaki hidup yang kadang tak bersahabat dengan segala batas kemampuannya tapi memang dia adalah seorang perempuan yang punya jiwa penyabar yang tak mungkin dipunyai oleh banyak perempuan didunia ini.

    Sejenak dipalingkannya wajahnya kearah pintu,pikirannya melayang jauh dan bertanya  kenapa sibini belum pulang sebab biasanya dia ada duduk disana mengajak lelaki tua berbicara sambil trus berusaha mengatakan bahwa ia sangat menyayangi lelaki tua,terasa seperti kata-kata picisan yang tak patut lagi untuk diucapkan oleh seorang wanita yang tlah berumur tapi itulah dia yang kasihnya juga kebiasaanya tak pernah surut oleh waktu, selalu punya cara untuk menghibur lelaki tua meski lelaki tua tahu betul apa yang dia rasa pastilah juga dirasa oleh sibini sebab tak mungkin sibini tak berpunya rindu pada anak-anaknya yang telah dikandung dan dilahirkannya dengan bertaruh nyawa.tapi memang sibini selalu berusaha menipu agar tak bertambah segala derita yang tlah ditanggung lelaki tua..

     Setelah lelah menunggu kedatangan sibini yang dicintainya,Lelaki tua  berusaha memalingkan pikirannya yang sejenak terliwat tlah tersita dengan ketidakberadaan sibini yang biasa tertangkap oleh sudut matanya,lelaki tua kembali pada prosesi dimana pipinya selalu basah kuyup oleh butir-butir airmata bila mengenangnya.entah sudah berapa ribu atau jutaan kali ia membuka lembaran kenangan yang masih saja bercitarasa menyakitkan.kenangan dimana  lelaki tua mendengar dengan jelas kata-kata anak-anaknya yang mencoba memberi alasan mengapa mereka tega meninggalkannya juga sibini yang sama dicintainya dari dulu juga sekarang.

    Kala itu lelaki tua tengah ingin mengistirahatkan segala yang bersarang ditubuhnya karna tlah seharian dipaksa mencari akal untuk memenuhi sagala kebutuhan hidup yang selalu bersahabat dekat dengan kekurangan.biasa memang jika malam tiba lelaki tua dan sibini menghabiskan malam dengan bercengkrama dikursi sofa tua yang tlah penuh oleh tambalan hasil karya sibini yang tau betul jika lelaki tua tak akan mampu membelikannya yang baru.lalu tiba-tiba anak-anaknya datang menghampiri,berjamaah cara datangnya,yang kemudian duduk berhadap2an dengan lelaki tua.
sisulung memulai pembicaraan setelah sebelumnya mencoba membenarkan letak kacamatanya yang tlah hampir lima tahun ini menduduki hidungnya,kacamata yang dibeli lelaki tua dari hasilnya mendagangkan tenaga pada orang-orang kaya yang sayang pada tenaganya ”ayah,bolehkah kami menggangu rehatmu sejenak?”,Tanya sisulung membuka pembicaraan.
lalu lelaki tuapun menjawab dan berkata”,ada ada nak?,
sisulung diam sejenak,entah apa yang membuatnya urung melanjutkan perkataannya.lalu saudaranya yang lebih mudapun berkata”,abang,bicaralah pada ayah,kenapa diam.katakan bang,pastilah ayah akan mengerti”,saudaranya yang muda mencoba mengingatkan sisulung yang menjadi saudaranya yang lebih tua untuk mengatakan maksud dari kedatangan mereka pada lelaki tua malam ini
Sisulung masih saja diam,seakan berat sekali kata yang akan dia ucapkan pada lelaki tua.”,katakan bang,kalau abang tak berpunya nyali biar aku saja yang bicara pada ayah”,kali ini saudaranya yang lebih muda berkata dengan nada sedikit kesal sebab sisulung masih terus diam.
Setelah menarik nafas panjang akhirnya sisulung bicara dan berkata”,ayah,mungkin bukan tepat waktunya jika sekarang kami mengatakan apa mau kami sebab aku tau juga saudara yang lebih muda juga tau kalau ayah sudah berumur juga sakit-sakitan.tapi sungguh ayah,aku dan saudaraku yang lebih muda tak berpunya maksud untuk menyia-nyiakan ayah juga ibu hanya saja kami sudah tak kuat hidup dengan cara yang sekarang,tak ingin aku juga saudaraku yang lebih muda selalu mengggantungkan haus dan kenyang kami kepada ayah serta ibu”,sisulung diam sejenak,dijulurkannya tangannya untuk menggenggam tangan lelaki tua yang sedari dia kecil telah memberikannya dan saudaranya yang lebih muda banyak pengorbanan.lalu sisulung berkata lagi”,aku juga saudaraku yang lebih muda ingin pergi merantau,kami ingin mencoba peruntungan dinegri orang meski aku juga saudaraku yang lebih muda tak cukup yakin apa nasib baik akan berkawan dengan kami,bolehkah ayah?”,Tanya sisulung sambil mengakhiri perkataannya.
Lelai tua yang sedari tadi diam menghela nafas panjang lalu ditariknya tangannya yang ada digenggaman sisulung,dipindahkannya tangannya ketangan sibini yang dari tadi tak bergerak dan berkata apapun sejak lelaki tua dan anak-anaknya berbicara,dengan nada berat diapun berkata,”apa yang ingin kau dan saudaramu yang lebih muda coba cari dinegri orang sedang kalian tiada berpunya kehlian juga ilmu yang memadai,itu sama saja berjudi nasib,mengapa tak berusaha ditempat kita saja?”,
“sudah ayah,tapi tiada hasil yang kami dapat”,kali ini saudara yang lebih muda yang menjawab,seakan ada keputusasaan yang dititipkannya lewat kalimat yang terucap dari perkataannya.
“,cobalah lagi anakku,bukankah jika ditempat sendiri mudahlah perkara yang susah dihadapi sebab ada ayah juga ibu yang bisa membantu,berbedalah jauh jika kalian dinegeri orang sebab tiada siapapun yang bisa kalian mintai pertolongan”,kata lelaki tua coba mengingatkan sisulung juga saudaranya lebih muda tentang segala yang akan dihadapi bila pergi kenegri orang.
“.aku juga saudaraku yang lebih muda sudah mencoba berulang kali ayah,tapi nihillah hasil yang kami dapat.aku dan saudaraku yang lebih muda sudah terlalu lama berkawan dengan kegagalan,maka itu kami ingin merantau “,kali ini sisulung yang mencoba meyakinkan lelaki tua.
“,sebenarnya ayah tak ingin kalian pergi merantau kenegri orang yang hasilnya masih misteri bagi kalian nanti,tapi apa mau dikata jika itu sudah jadi ujung pemikiran kalian,”lelaki tua diam sejenak kali inipun tangannya masih menggenggam tangan sibini tambah erat malah.dihelanya lagi nafas panjang pertanda bahwa sesungguhnya tiada kerelaan dalam hatinya,lalu lelaki tuapun berkata lagi lanjutkan kata yang belum purna terucapkan”,anakku ayah hanya berpesan pintar-pintarlah menjaga diri,berpunyalah sabar jika mendapat cobaan,berprilakulah yang baik dinegri orang,ikutilah adat ditempat yang kalian tuju selama itu tak bertentangan dengan apa yang disabdakan yang punya kuasa atas segala,jika berpunya waktu dan bekal untuk pulang sempatkanlah menjenguk ayah juga ibu sebab kalian tahu betul bahwa ibumu akan berpunya rindu yang sangat jika tiada kalian disisinya,satu hal yang tak kalah penting adalah jangan melupa pada kewajiban kalian pada Dia yang berpunya kuasa,sholatlah!”,
“iya anakku,jangan melupa pada pesan ayahmu yang terakhir sebab tiada guna apa yang kalian usahakan dan juga yang kalian dapatkan jika melupa pada Dia yang punya kuasa atas segala”,sambung siibu yang dari tadi hanya diam,mencoba mengingatkan.
“iya ibu,akan kami ingat selalu semua pesan ayah juga ibu dan do’akan semoga apa yang kami harapkan bisa tercapai agar segala pengorbanan ayah juga ibu tiada sia-sia”,jawab sisulung mencoba mewakili isi hati saudaranya yang lebih muda.
“ya sudah,sebaiknya sekarang kalian tidur sebab ayah dan juga ibumu ingin pergi tidur”,kata lelaki tua mengakihri pembicaraan meski sebenarnya lelaki tua masih ingin bertanya kapan dan kenegri maanakah nantinya anak-anaknya akan pergi tapi semua urung ia ucap sebab lelaki tua tak ingin anak-anaknya merasa bahwa lelaki tua terlalu mengekang jalan pikiran anak-anaknya.

Esok hari kala matahari baru saja menyapa bumi,anak-anaknya tlah siap untuk berpamit diri untuk pergi meninggalkan lelaki tua dan sibini yang tanpa disadari lelaki tua bahwa itulah kesempatan terakhir lelaki tua bisa menatap kedua buah hatinya.sejak saat itu lelaki tua mulai bertanya”dimana anaknya kini?yang dulu dipangku dan dibesarkannya dengan jutaan kasih sayang dan cinta bahkan mungkin tak terhitung berapa piutang jasaku pada mereka.tapi kenapa saat tubuhku mulai renta dan  akrab dengan bau kematian,mereka tak hirau padaku?”melupakah mereka pada kasih sayang jua cinta yang tlah aq berikan,tak adakah rasa sayang mereka untuk aq atau paling tidak rasa iba pada aq yang renta ini?alpakah atau sengaja mengalpakan aq?”selalu saja setiap hari diucap pertanyaan yang sama pada dirinya, semestinya dia sadar bahwa tiada guna smua terucap sebab ia tau tak punya ia jawaban yang pasti tentang semuanya sebab tak satu yang mau hirau padanya.
“sesekali  lelaki tua timbang jua apa kurangnya pada mereka(anak-anaknya),adakah kepapaannya menjadi penyebab segala kealpaan mereka padanya,ataukah kerentaannya yang menjadikan mereka mendustakannya,”jikapun iya, pantaskah semua ini aq terima?sedang mereka tlah berhutang banyak jasa pada dirinya yang renta ini ?”lagi..lelaki tua bertanya pada hatinya dan tetap nihil jua jawab yang diterimanya.

Hentakan nafas panjang terlepas lagi dari tubuhnya entah untuk yang keberapa,isyarat masih ada nyawa dalam kerentaannya.sedang airmata mulai mengering pertanda hatinya mulai terkendali juga mengisyaratkan bahwa sungai pengharapan yang selalu dipunyainyai mulai mengering.bola matanya mulai bersinar lagi walau mungkin tak lagi sebagaimana masa mudanya,bola mata  setajam mata pedang begitu orang memujinya.
Setelah lelah melalui prosesi peperangan batinnya lelaki tua mencoba mengangkat tubuhnya yang renta sebab hampir Setahun sudah dia terbaring,semua bukan tanpa penyebab.jelas bukan Karena dia pemalas sebab dia manusia tak kenal lelah begitu dia menamai dirinya.strokelah penyebab segala,juga bau yang ada ditubuhnya., segala daya dia ikhtiarkan untuk meninggalkan pembaringan berbau,jenuh ia mencium bau pembarinngannya sampai melupa siapa atau apa yang lbh berbau antara dia dan pembaringannya. sebab dia tak pernah mengganti seprainya,apalagi menjemurnya namun terkulai jua akhirnya.sumpah serapah berhamburan keluar dari bibirnya,melupa pada berapa dosa yang tercipta dari sumpah serapahnya,melupa kalau dia tlah akrab dgn kematian,melupa bahwa semua akan jadi bagian bekalnya menuju yang maha sempurna sebab dia bosan jua ada diatas pembaringan berbau sampai setiap bagian tubuhnya sama aromanya .sang pujaan hati tak mungkin lagi bisa diharapkan sebab dia sama ringkihnya hanya berbeda sedikit saja. “ach..seandainya saja anak-anakku ada disini mungkin tak selaknat ini masa tuaku”,harapnya lagi dalam hati.lalu selekasnya dia buang harapnya,takut akan datangnya iblis yang pasti coba merayunya.takut dia pada keadaan dulu yang sempat membuatnya tergoda untuk mengucap kutuk pada mereka yang disebutnya anak”.

 Dalam keletihan jua kejenuhannya pada nyatanya keadaan yang dihadapi.dicobanya mengaburkan arti kenyataan yang dipunya agar tersenangkan jua suasana hatinya,sungai pengharapan yang selalu dijaganya kini tlah mulai mengering diterpa kemarau kasih yang tlah lama menderanya.mengharapkan anak-anaknya tak lagi jadi impiannya sebab bukti segala tlah berkata mereka tak lagi  menganggapnya ada atau memang tak pernah ada dia ada bagi anak-anaknya. terasa baginya semua hanya percuma sebab ajal sepertinya tengah mendekat,aroma kematian semakin tercium olehnya.
Sayup terdengarkan oleh telinganya panggilan penyeru agar dia menyegerakan diri menghamba pada yang maha sempurna.lama sudah dia melupa nikmatnya kasih yang maha sempurna,kecintaannya pada mereka yang disebutnya anak tlah membuatnya lalai pada kewajiban yang  mestinya tak pantas dia abaikan.dengan segala sisa2 kehidupan dicobanya melafalkan do’a untuk memuji segala kebesaran yang maha kuasa.makin lama lelaki tua semakin merasa kalau malaikat maut semakin dekat,dalam hati dia berkata”ya,allah tolong ampuni dosa-dosaku dan juga orang-orang yang kusayangi,maafkan segala kelalaianku juga tolong jagalah perempuan yang kucintai sebab ajalku tlah dekat sedang janjiku pada perempuan yang kucintai belumlah purna”,pinta lelaki tua dalam do’anya.kemudian ketika lelaki tua tengah berjuang melawan maut, sayup terdengar suara sibini yang memanggilnya dari muka pintu”ayah..ayah..ini anak-anakmu pulang,”kata sibini sambil berlari mendekat pada lelaki tua,jelas ada bahagia ditangkap lelaki tua lewat suara sibini ,lelaki tua tersenyum bahagia tapi bukan karna datangnya mereka yang disebutnya anak,dia bahagia karna ketika maut datang ada perempuan yang dicintainya,ditatapnya wajah perempuan yang tlah dicintainya sedari dulu dan berharap bahwa perempuan yang dicintanya mendengar perkataannya,dalam hati lelaki tua berkata,”Maafkan aq wahai pujaan hati, janji setia untuk slalu menemanimu harus kuingkari sebab raga ini tak lagi berhak atas nyawa juga nyawa tak lagi berkewajiban membuatku  hidup untuk mencintamu”.lalu semakin lama nafas lelaki tua semakin lemah sampai akhirnya benar-benar lepas dari tubuhnya tanpa sempat melihat lagi kedua buah hatinya yang selalu dirindukan.




Temanggung,05112011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar