Selasa, 03 Juli 2012

KABUT SENJA

Kabut senja melukis diri didahan-dahan cemara
Selendang merah hati meliuk-liuk bagai samudra 
Bertabur ribuan capung mengundang saling silang
Menari-nari kecil disayap mungil menyamput petang


Aroma pematang sawah harum rumput basah
Dendangkan sukma rindu kedamaian
Pada desa ingin mengaduh lelah jiwa
Menjadi biasa saja, ya biasa saja, bersahaja


Lautan kabut terus merenda talian cinta
Pada senja yang ingin merebah
Mengelus pagar-pagar bambu nuraniku
Menyambut adzan di pintu magrib usiaku


Tembang alam nyanyian jangkrik bagai wirid sang sufi
Tak henti-henti memuja Kemahakuasaan
Gemanya hinggab dipucuk-pucuk dahan pohon karet
Terhempas samar menjadi doa-doa suci
Merekatkan antara kerinduan dan penantian
Sementara malam hampir....
Disisi kota aku berbaring


Kabut senja lamat-lamat menjauh entah kemana 
Tarian capung pun menjadi akhir dari ungkapan petang
Beranda-beranda menjadi sepih
Saling menutup jendela membingkai mimpi-mimpi
Begitu aku ingin menjadi aku sendiri
Seperti tiupan angin atau air-air bening
Tanpa halangan meresap dipori-pori bumi
Meninggalkan praduga prasangka disudut-sudut kota
Yang merampas semua milikku hingga separuh usia.....


By; Antok Illam
#Puisi ini tercipta dari setetes airmata yang memanjatkan doa-doa sederhana# 

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar