Sabtu, 01 Desember 2012

MENUJU PUNCAK CAHAYA TERANGNYA KEHIDUPAN YANG HAQIQI

Pada suatu malam tatkala kegelapan malam menyelimuti jiwaku, tiba-tiba berdiri didepanku sesosok bayangan manusia. tatkala kutajamkan pandanganku menatapinya, samar-samar kulihat sesosok tubuh manusia yang telah demikian tuanya. tampak seluruh rambutnya yang putih keperakan, demikian juga alis, kumis, dan jenggotnya yang memanjang kedada.

Tatkala matanya terbuka tampak olehku cahaya yang terang indah dan tajam tetapi membawa kesan yang amat menyejukkan jiwa kelamku.

Senyumnya selembut elusan bayu tatkala musim semi di dataran bunga yang tak mengenal musim kemarau. lembut suaranya laksana bayu yang mendesau bagai datang dari balik tabir, dan kemudian ia bertanya, "buat apa kesedihan harus tersimpan didalam hatimu, manusia mau beriman ataukah mau kafir, itu sudah ditentukan oleh mereka sendiri". Dengan pedih aku bergumam, "andai kata Tuhan menzhahirkanku tanpa penglihatan dan perasaan iba atas sesama, mungkin aku bisa juga berkata seperti apa yang kau katakan, wahai orang yang telah disucikan olehAllah dari perasaan keinsanan. Berbahagialah hidupmu sedang aku tidak bisa seperti engkau, aku tak mungkin diam melihat kehancuran yang melanda kehidupan sesamaku ini.

Kembali diantara samarnya sinar kulihat senyumnya sambil berkata, "Adalah menjadi hak Allah untuk menerangkan jalan yang lurus karena diantara jalan-jalan itu ada yang dibelokkan dari tujuan. dan jikalau Dia menghendaki, tentu Dia memimpin kalian semua ke jalan yang lurus (QS.an-Nahl; 9).

Ayat diatas menerangkan bahwa jalan menuju Allah itu ada dua; yang satu berbelok-belok, ada kalanya naik dan ada pula kalanya turun. Jalan itu dilewati banyak orang karena terlihat terang, disana juga terdengar banyak da'wa dan khotbah yang dibawakan oleh orang yang dianggap suci oleh pengikut-pengikutnya. Dan kanan kiri jalan itu dipenuhi dengan bunga-bunga yang berwarna warni dengan indahnya, maka tidaklah heran bila kebanyakan orang memilihnya, tetapi pada akhirnya semua orang itu akan berakhir pada alam hissab yang berat.

Sedang jalan yang kedua tampak gelap oleh mata dan realita manusia pada umumnya. Jalannya licin, lurus dan mengerikan, sepanjang jalan dipenuhi oleh suara-suara hujatan. Dijalan itu manusia hanya ditemani oleh hamba-hamba Allah, dan sesungguhnya jalan itu akan berakhir pada sebuah gunung cahaya,. Tidak ada satupun manusia bisa melewatinya, bila tidak diridhoi oleh Allah sendiri.

Ketahuilah bahwa jalan kita menuju Tuhan adalah serupa jalan pendakian  yang amat gelap. Maka wajarlah bila dunia ramai menyebut kita sesat karena hanya orang-orang perkasalah yang mampu melewatinya. Bila perjalanan kita telah tiba dipuncak pendakian kita, maka disanalah adanya kitab cahaya, yang memuat rahasia kehidupan dunia akhirat, dan juga memuat petunjuk agar kita menjadi muslim sejati. Lewat kitab inillah, maka kita akan mengerti apa yang kita lakukan dalam menghadapi kehidupan ini.

Firman Allah:
Demi Allah yang memanggilmu ke Daarus Salam serta membimbing orang-orang yang dikehendakiNya menjadi Muslim yang taqwa dan beriman (QS.:Yunus: 25).

Kini tibalah aku dipuncak pendakian itu, dan apa yang diceritakan orang yang suci itu benar-benar nyata adanya. Tuhan menaruh kitab itu jauh direlung jiwaku yang terdalam, yang semula gelap laksana dunia hantu kini jadi terang. Berbagai arena kehidupan yang semula bagiku serupa misteri kini jadi terlihat nyata dan terang benderang. Hari-hariku tidak lagi mengenali tibannya malam, karena terangnya matahari ma'rifat tak mengenal masa silam.

Jiwaku senantiasa membumbung tinggi ke puncak ceria mega-mega cinta, dan kini kian kupahami apa makna cinta yang sesungguhnya.
Aku telah terlepas dari hukum dunia, yang berisikan kegelisahan, kesedihan dan ketakutan. Kukenahkan jubah ketulusan yang indah dalam pengabdianku kepada Tuhan lahir bhatin. Jubah yang berhias aneka permata surgawi, ada permata syukur, sabar, sadar, kasih, dan lain sebagainya.
Masing-masing permata memancarkan cahaya yang gemilang,yang mampu menerangi jiwa para sahabat yang mengenal aku yang dalam yang aku bukan aku yang ternyata begitu asing dari pandanmgan matafanamu. Maka gemparlah kegelapan yang selama ini samar-samar mengerti aku yang bukan aku. Dan gembarlah nurani mereka yang berada didekatku menolak akal fikir mereka sendiri yang tak mampu membaca tirai fatamorgana kehidupan berjembatan fitnah yang bagiku bentuk kewajaran dari ketidak mengertian.

Ada pula sampai mereka bertanya adanya musim di alamku,....
maka akupun menjawab dan sering berulang ku jawab aku tidak melihat musim apapun .
Aku hidup di alam yang tanpa musim, kecuali musim cinta yang indahnya membuat para malaikat dan bidadari iri hati. Disini tidak dikenali tanaman kesedihan, yang berbuah airmata senduhnya hati. Bahkan acapkali yang kudengar adalah syahdunya airmata syukur, taubat dan haru dari jiwa-jiwa damai atas kebesaran karuniaNya kepada manusia.

Para sahabat dan saudaraku yang hidup bersamaku di gunung cahaya ini tidak mengenal agama apapun kecuali agama Allah. Ketika mereka kutanya dari mana mereka datangnya, jawabnya sama dengan yang kurasakan, yaitu berasal dari dunia antahberantah yang amburadul, sesungguhnyalah aku lupa dari mana aku?. Yang pasti aku berasal dari suatu dataran yang penuh kesalahan, juga berisi aneka maksiat dan kebodohan yang tersembunyi. Disini tak pernah kudengar ada mulut lancang yang berkata " Allah ada didalam jiwaku".Yang selalu kudengar adalah nyanyian puja-puji atas kebesaran Nya yang bersairkan perasaan haru dan malu kepadaNYa. Sesungguhnya kami semua ada di dalam genggamanNya sehinggah kami lumpuh. Karena tidak mampu menentukan kaki ini harus kemana?, Dialah yang menata harus kemana kaki kami melangkah.
Hati dan fikiranku tak lagi bertanya: "apa mau_Nya" .....karena fikiranku hanya terpacu buat mewujudkan segala kemauan Nya atas diriku.

Baru kini ku sadari kekuatan cinta Adi qodrati , hingga aku kian hari semakin luluh dan semakin lebur didalam arus qodrat dan iradhatNya, lalu mengalir serupa aliran sungai. Mengalir menuju lembah kehidupan yang gelap, dan beningnya butir-butir air dari jasad cintaku serupa cahaya terang yang indahnya takkan terjangkau kotornya jiwa. Air yang mengalir dari jiwaku hanya  di diinginkan oleh jiwa yang diridhoi Nya....
Dan anehnya bila menyentuh jiwa yang dikuasai persembahan malam, maka laksana air raksa yang akan membekaskan luka.
Alangkah banyaknya orang-orang yang terluka, hingga mereka senantiasa berusaha untuk membendung langkah perjalananku serta memusnahkanku di lautan pasir kesia-siaan, tetapi keperkasaan Allah akan selalu datang. TanganNya yang Perkasa akan menghancurkan bendungan kezhaliman alam itu, dan dibuatNya semakin besar dan deras aliran air cinta kasih ini menuju lembah restuNya. Sebesar dan sehebat apapun bendungan  buatan manusia, takkan kuasa menentang taqdirNya.

Firman Allah:
Pernahkah sampai kepadamu kisah kaum penentang. Yaitu Fir'aun dan Tzamud. Memang orang-orang yang kafir itu selalu mendustakan. Namun Kodrat Allah menguasai seluruh gerak-gerik mereka. Yang mereka katakan dongeng itu, sebenarnya adalah Al-Qur'an yang mulia. Yang tersimpan dalam Lauhul Mahfuzh (QS: al-Buruuj: 17-22).

Kota Dingin
Oleh: Antok Walet



Tidak ada komentar:

Posting Komentar