Minggu, 30 Desember 2012

Doa jantung hati sukmaku...

By: Antok Walet Ireng

sair kebencian mendulangku
memaksa aku harus memamah 
dalam wadah merah hati
jantungku 

aku harus bertahan pada muak
kembali mengeja hari menghitung waktu
mengulang-ulang rindu
hatiku

dalam ruang hitam
aku kehilangan bayang
hayal terantuk dinding kenyataan
angan terburai berantakan
sukmaku

jantung hati sukmaku
begitu sunyi dalam
larut larung pada doa-doa
mati










Selasa, 11 Desember 2012

"Ojo milih Kadhal-Kadhal" oleh : Dhalang Poer

DHALANG POER " OREK OREK " Cipt. DHALANG POER

WALET

WALET 
Sebuah perjalanan yang logika begitu saja, lurus terkadang kelok berliku dan juga bermanufer tajam dengan kecepatan berfariasi tak kenal panas dan hujan. Musimnya yang lain menyelinap hinggap menghindar dari dari terpaan air hujan. Pendiam tidak pandai mengoceh namun liurnya bermanfaat dan mahal harganya. Bukannya hanya menawari untuk singgah,tapi justru banyak yang berharap untuk di singgahi, bahkan menyiapkan mahligai agar dia tertarik untuk bercengkerama. Bulunya yang mengkilat halus menampakkan kelembutan hatinya. Dia patuh dengan alam karena menggunakan siang sebagai siang dan malam sebagai malam.
Dia tidak serta merta mengisi perutnya, tetapi dia juga melanglang kemana-mana, sejauh dia mengembara kembali jua ia ke sarangnya.,setinggi manfaatnya tak seorang pun sanggup mengurung dan memeliharanya dalam kerangkeng. Tiada orang yang memujinya namun juga tak sanggup untuk meremehkan karena manfaatnya. Dia bersarang sesuai kehendakNya, namun bulunya yang tegas hitam dan putih justru menampakkan kesahajaannya dalam membelah gelap dan terang. Dia mandikan tubuhnya dan mengeringkannya dengan menyisir bulu-bulunya pertanda dia merawat dirinya dan penampilannya. Dia tak bisa diam berlama-lama dan nyenyap ketika berdiam, sebagai wujud dia ingin terus berkarya dan acuh dari perhatian dan prasangka. dia menari-nari terus diangkasa karena dia adalh seniman dengan keindahan yang sangat tinggi. kecintaanya untuk terbang dan terbang karena ingin memandang cakrawala kehidupan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya serta tidak sempit pandang. Dia suka hinggap berjajar rapat dengan kawan-kawannya karena sifat kerukunan dan bersahabat yang kental pada dirinya, membuat komunitas diangkasa dengan saling menyambut silang tanpa ada benturan diantara nya, bahwa perlunya bersuka cita bersama dengan tidak ada pertengkaran dan permusuhan serta keributan. Nyenyak dalam tidurnya perlambang ketenangan hatinya. Sorot matanya yang polos, Redup dan tidak menerkam, dan berubah-ubah warna sebagai jendela akan ketulusan dan kebersihan hatinya yang penuh rasa kasih, tak sampai hati menganiayanya dan memahami apa yang ditatapnya. Rumahnya adalah rumah manusia bukan rumahnya sendiri dan bukan rumah burung-burung yang lain. Bahwa dia diatas rata-rata dan mendekat serumah dengan derajat yang jauh lebih tinggi dari dirinya serta bermutualis dengan pemiliknya , dialah sosok yang papa tetapi kaya raya, suaranya yang sepatah-sepatah memikirkan kepentingannya. 

Terbang menyelinap di lorong-lorong sempit adalah kepiawaiannya mengemudikan hasratnya di lingkup-lingkup kecil dari angkasa yang maha terbuka hingga lorong kecil adalah variasi kesehariannya. Burung itu bukannya burung yang tak punya kelemahan, dia adalah burung tak seberapa besar diantara banyak burung besar yang lain. Disaat burung yang lain kerap mengais medali penghargaan atas kehebatannya, dia justru menyantuni medali dengan liurnya. Semakin dia dipaksa dalam sangkar semakin dia tidak punya arti, semakin dia bebas, liar semakin "MIGUNANI". Bebasnya dia menentukan singgahannya menampakkan sensivitasnya dan ketepatannya kepada siapa yang seharusnya mendapatkan.

Dia adalah burung yang paling bertauhid karena selaras dengan pemberlakuan garis dan nasib beriringan dengan ketentuan dan takdir seseorang. Perlakuan tuan rumah kepadanya sering menimbulkan kecemburuan burung-burung lain.

Beruntunglah yang di hinggapinya karena sesungguhnya telah digolongkan sebagai golongan yang beruntung.




Minggu, 09 Desember 2012

Hujan Turun Tak Normal

hujan turun tak normal
derasnya mengalahkan airmataku
angin mengepalkan tangan saljunya
menghantam lurus tepat dibenak hatiku

hujan turun tak normal
guntur teriak lantang-lantang
diwarnai langit dengan pekat jejemari syetan
awan menari gontai 
topeng wajahnya bergaris putih hitam

hujan turun tak normal
pada lingkaran amarah
waktu berdenyut patah-patah
sekarat pati airmuka bernanah

hujan turun tak normal
di lingkar ini saja
di bualan alam angan
di hayalan yang keruh memuakkan
di serambi murka yang tak habis-habis
di teras gelisah yang tak sudah-sudah

by; Antok Illam


Selasa, 04 Desember 2012

KESELARASAN BERTAUHID DALAM AGAMA-AGAMA BESAR

Perbedaan ajaran agama seperti pada ajaran Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu dan ajaran-ajaran agama lainnya memang jelas sekali aspek perbedaannya, akan tetapi hendaklah jangan sekali-kali kita mencari aspek perbedaannya, namun yang harus kita cari adalah persamaannya. Hal ini di maksudkan demi mewujudkan kedamaian hidup antar sesama makluk di muka bumi ini. Demikianlah kehendak Allah dalam menciptakan agama-agama-Nya dipermukaan bumi ini.

Yang paling sulit dalam mencari titik persamaannya di antara agama-agama Allah adalah antara agama Islam dan Hindu. Padahal Tuhan menghendaki para pemeluk dari kedua agama tersebut untuk berdampingan di permukaan bumi tercinta ini.Masalah kebenaran suatu agama di dunia ini, tak satu pun makluk berhak menghakimi nya.

Kini marilah sejenak kita lihat apa yang diajarkan Allah didalam kitab Wedha (kitab suci agama Hindu). Misalnya tentang pembagian kasta (status) kehidupan manusia didalam kehidupannya masing-masing. Didalam kitab Wedha dijelaskan bahwa kasta itu dibagi menjadi empat (4) kasta.. (1) kasta Brahmana ,...(2) kasta Ksatria....(3) kasta Waisya...(4) kasta Sudra (Paria).Sedangkan di dalam Islam kehidupan manusia itu juga dibagi dalam empat(4) face (maqom) Aulia, Ulama, Kasab dan Kehampaan.

Sesungguhnya di mata Allah tidak akan pernah ada anak dari seorang Ksatria lahir ke muka bumi ini langsung menjadi Ksatria.Begitu pula tidak ada satupun anak seorang ulama' yang langsung menjadi ulama'. Semua anak dari seorang Ksatria atau Ulama' pastilah lahir kemuka bumi ini seperti anak manusia pada umumnya, yaitu lemah tak berdaya dan tak memiliki apa-apa, bahkan namanya pun juga tidak punya (hampa)/sudra/paria). Kemudian anak manusia tersebut seiring dengan berkembangnya sang jasad, maka berkembang pula pola pikirnya. Dan kemudian seiring dengan perkembangan pola pikirnya tadi, maka sampailah dia ke alam Waisya (Kasab).
Di alam kasab inilah manusia akan digembleng Tuhan agar mereka bisa keluar dari kebodohan dan kelemahannya, dan dari sinilah mereka akan bisa memasuki alam Ksatria (Ulama').
Tanda (bukti seseorang telah menjadi Ksatria (ulama') adalah terletak pada moralitas kewaliannya (sikap pelindungnya), yaitu manusia yang telah menghabiskan hidup dan kehidupannya hanya untuk mewakili kepentingan Tuhannya dalam memayungi (mengayomi) sesama nya didunia. Dimana sikap dan sifat pengayomannya senantiasa dilandasi perasaan ikhlas tanpa pamrih dan juga tidak pandang bulu atas sesamanya dari bantaian (godaan) iblis dan kekuatan alam.Mereka dituntut menjadi manusia tangguh, adil, jujur, arif, dan penuh kasih sayang terhadap semua makluk.

Tidak bisa di sebut ksatria (ulama') apabila mereka masih belum bisa melindungi dirinya sendiri dari kuasa syetan, yaitu syetan nafsu (keinginan-keinginan pribadinya) yang tidak selaras atau tidak sesuai dengan keinginan Tuhannya.

Firman Allah:
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari bangsamu sendiri .Ia sangat berat memikirkan penderitaanmu, lagi pula sangat penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman (QS: Baraa-ah/at-Taubah: 128).

Seorang ksatria (ulama') adalah orang yang serius dalam perjuangannya untuk menyelamatkan dan membahagiakan sesama umat manusia (kemaslahatan umat rahmatan lil alamin). Jadi bukan manusia yang dikuasai oleh kepentingan pribadi atau kelompoknya saja. Sifat dan sikapnya yang Rahmatan lil 'Alamin atau sifat dan sikap mengasihi segenap makluk adalah merupakan pertanda mutlak seseorang itu sudah tergolong ulama' (ksatria) atau bukan. Karena itulah maka seseorang itu sudah bisa dikatakan ksatria (ulama') atau belum, hanya Allah yang berhaq mengetahui dan menilai pribadi masing-masing. Selagi manusia masih dihantui perasaan takut miskin, sakit, penjara bahkan neraka, maka jangan terlalu banyak mengharap mendapat predikat (gelar) ulama' atau ksatria dari Allah.

Puncak ketinggian harkat dan derajat manusia yang benar-benar utuh dimata Tuhannya adalah apabila sudah memasuki maqom (alam) Aulia atau Brahmana.

Seorang ulama' oleh Allah dituntut untuk fana' terhadap duniawi dan nafsunya yang muncul dari alam bawah sadarnya (fanaa-ud dun-yaa wa fanaa-un nafsi).
Demikian juga seorang ksatria dituntut untuk fana' (muksa). Yang dimaksud Tuhan dengan alam kamuksaan bukan berarti alamnya orang mati yang jasadnya menghilang (ghaib) dari pandangan mata manusia. Akan tetapi alam kamuksaan adalah suatu alam dimana manusia telah kehilangan sifat keinsanannya dan di ganti dengan sifat keilahian-Nya (kedewataan-Nya), maka pertanda mutlak seorang Brahmana adalah manusia dewata atau dewa dalam wujud manusia.

Islam mengajarkan setiap manusia untuk mencapai maqom kesempurnaan makluk (insan kamil). Lewat jalan syari'at yang di ajarkan oleh para rasulNya, yaitu syari'at (kaidah) yang haq di mata Allah. Setelah melewati jalan syari'at, maka kemudian manusia memasuki alam thoriqoh (tarekat) yang haq (benar) dimata Allah pula.
 Niat dasar manusia yang berthoriqoh adalah memohon ampunan selalu kepada Allah atau dengan kata lain bahwa berthoriqoh dengan tujuan memohon kepada Tuhan agar Dia mensucikan jiwanya.
Syari'at dan thoriqoh yang haq dimata Allah adalah syari'at dan thoriqoh yang sesuai dengan apa yang telah dikonsep-Nya dalam kitab-kitab suci-Nya.

Segala bentuk kegiatan thoriqoh tidak pernah diterima Tuhan apabila manusia mendasari thoriqohnya dengan segala sesuatu selain niat bertaubat.
Dalam perjalanan thoriqoh inilah maka Tuhan akan mengaruniakan ma'rifat-Nya. Ma'rifat adalah suatu alam tempat Tuhan menaruh ilmu-ilmuNya, dimana dengan ilmu-ilmu itulah manusia akan mengenal Tuhannya dengan pasti.
Kian tinggi ma'rifat seseorang, maka dia akan kian cinta, takut, dan malu kepada Allah. Dengan perasaan-perasaan itulah maka mereka mustahil menjadi orang yang sombong, atau menjadi orang yang suka dengan alam karomah (dikeramatkan) orang lain. Kian tinggi lagi ma'rifatnya seseorang, maka akan kian lenyap (muksa) sifat keinsanannya dan kemudian berganti dengan sifat ke-Ilahian yang sempurna .Apabila seseorang telah ada di maqom ini, berarti dia telah hidup di alam sufi-Nya (hakikat).

Manusia-manusia perkasa inilah yang dijadikan Tuhan sebagai tempat Tuhan bertajalli untuk membimbing makluk-Nya menuju hakikat hidup ber-Tuhan yang sesungguhnya.
Ketinggian alam sufi (brahmana) ini akan mendatangkan berbagai fitnah (prasangkah) bagi manusia awam.

Firman Allah:
Andai kata Kami jadikan Rasul itu dari jenis malaikat, tentunya Kami akan menjadikannya sebagai seorang manusia.Dengan begitu Kami buat mereka serba bingung, sebagaimana halnya mereka dalam kebingungan sekarang (QS: al-An'aam:9).

Dan Kami tidak mengutus para rasul sebelum kamu, melainkan mereka yang makan makanan dan berada di tengah-tengah pasar, Kami jadikan sebagaian dari kamu menjadi penguji bagi yang lain. Bertasbih dan sabarlah kamu . Dan Tuhanmu Maha Melihat (QS: al-Furqan:20).

 Ayat diatas memuat tentang adanya manusia berwatak malaikat (manusia malaikat) yang memiliki peran sebagai pintu manusia buat mengenal adanya Allah.
Mustahil manusia mengenal sesuatu bila tidak lebur dengan tulus ke dalam sesuatu yang ingin diketahuinya. Itulah sebabnya Tuhan meminta manusia agar tidak setengah-setengah dalam beriman,...

Pulau Dewata akhir  November 1997
Goresan ini ku persembahkan buat Bapakku tercinta semoga kita segera damai dalam perbedaan.

By; Antok Walet Ireng







Sabtu, 01 Desember 2012

MENUJU PUNCAK CAHAYA TERANGNYA KEHIDUPAN YANG HAQIQI

Pada suatu malam tatkala kegelapan malam menyelimuti jiwaku, tiba-tiba berdiri didepanku sesosok bayangan manusia. tatkala kutajamkan pandanganku menatapinya, samar-samar kulihat sesosok tubuh manusia yang telah demikian tuanya. tampak seluruh rambutnya yang putih keperakan, demikian juga alis, kumis, dan jenggotnya yang memanjang kedada.

Tatkala matanya terbuka tampak olehku cahaya yang terang indah dan tajam tetapi membawa kesan yang amat menyejukkan jiwa kelamku.

Senyumnya selembut elusan bayu tatkala musim semi di dataran bunga yang tak mengenal musim kemarau. lembut suaranya laksana bayu yang mendesau bagai datang dari balik tabir, dan kemudian ia bertanya, "buat apa kesedihan harus tersimpan didalam hatimu, manusia mau beriman ataukah mau kafir, itu sudah ditentukan oleh mereka sendiri". Dengan pedih aku bergumam, "andai kata Tuhan menzhahirkanku tanpa penglihatan dan perasaan iba atas sesama, mungkin aku bisa juga berkata seperti apa yang kau katakan, wahai orang yang telah disucikan olehAllah dari perasaan keinsanan. Berbahagialah hidupmu sedang aku tidak bisa seperti engkau, aku tak mungkin diam melihat kehancuran yang melanda kehidupan sesamaku ini.

Kembali diantara samarnya sinar kulihat senyumnya sambil berkata, "Adalah menjadi hak Allah untuk menerangkan jalan yang lurus karena diantara jalan-jalan itu ada yang dibelokkan dari tujuan. dan jikalau Dia menghendaki, tentu Dia memimpin kalian semua ke jalan yang lurus (QS.an-Nahl; 9).

Ayat diatas menerangkan bahwa jalan menuju Allah itu ada dua; yang satu berbelok-belok, ada kalanya naik dan ada pula kalanya turun. Jalan itu dilewati banyak orang karena terlihat terang, disana juga terdengar banyak da'wa dan khotbah yang dibawakan oleh orang yang dianggap suci oleh pengikut-pengikutnya. Dan kanan kiri jalan itu dipenuhi dengan bunga-bunga yang berwarna warni dengan indahnya, maka tidaklah heran bila kebanyakan orang memilihnya, tetapi pada akhirnya semua orang itu akan berakhir pada alam hissab yang berat.

Sedang jalan yang kedua tampak gelap oleh mata dan realita manusia pada umumnya. Jalannya licin, lurus dan mengerikan, sepanjang jalan dipenuhi oleh suara-suara hujatan. Dijalan itu manusia hanya ditemani oleh hamba-hamba Allah, dan sesungguhnya jalan itu akan berakhir pada sebuah gunung cahaya,. Tidak ada satupun manusia bisa melewatinya, bila tidak diridhoi oleh Allah sendiri.

Ketahuilah bahwa jalan kita menuju Tuhan adalah serupa jalan pendakian  yang amat gelap. Maka wajarlah bila dunia ramai menyebut kita sesat karena hanya orang-orang perkasalah yang mampu melewatinya. Bila perjalanan kita telah tiba dipuncak pendakian kita, maka disanalah adanya kitab cahaya, yang memuat rahasia kehidupan dunia akhirat, dan juga memuat petunjuk agar kita menjadi muslim sejati. Lewat kitab inillah, maka kita akan mengerti apa yang kita lakukan dalam menghadapi kehidupan ini.

Firman Allah:
Demi Allah yang memanggilmu ke Daarus Salam serta membimbing orang-orang yang dikehendakiNya menjadi Muslim yang taqwa dan beriman (QS.:Yunus: 25).

Kini tibalah aku dipuncak pendakian itu, dan apa yang diceritakan orang yang suci itu benar-benar nyata adanya. Tuhan menaruh kitab itu jauh direlung jiwaku yang terdalam, yang semula gelap laksana dunia hantu kini jadi terang. Berbagai arena kehidupan yang semula bagiku serupa misteri kini jadi terlihat nyata dan terang benderang. Hari-hariku tidak lagi mengenali tibannya malam, karena terangnya matahari ma'rifat tak mengenal masa silam.

Jiwaku senantiasa membumbung tinggi ke puncak ceria mega-mega cinta, dan kini kian kupahami apa makna cinta yang sesungguhnya.
Aku telah terlepas dari hukum dunia, yang berisikan kegelisahan, kesedihan dan ketakutan. Kukenahkan jubah ketulusan yang indah dalam pengabdianku kepada Tuhan lahir bhatin. Jubah yang berhias aneka permata surgawi, ada permata syukur, sabar, sadar, kasih, dan lain sebagainya.
Masing-masing permata memancarkan cahaya yang gemilang,yang mampu menerangi jiwa para sahabat yang mengenal aku yang dalam yang aku bukan aku yang ternyata begitu asing dari pandanmgan matafanamu. Maka gemparlah kegelapan yang selama ini samar-samar mengerti aku yang bukan aku. Dan gembarlah nurani mereka yang berada didekatku menolak akal fikir mereka sendiri yang tak mampu membaca tirai fatamorgana kehidupan berjembatan fitnah yang bagiku bentuk kewajaran dari ketidak mengertian.

Ada pula sampai mereka bertanya adanya musim di alamku,....
maka akupun menjawab dan sering berulang ku jawab aku tidak melihat musim apapun .
Aku hidup di alam yang tanpa musim, kecuali musim cinta yang indahnya membuat para malaikat dan bidadari iri hati. Disini tidak dikenali tanaman kesedihan, yang berbuah airmata senduhnya hati. Bahkan acapkali yang kudengar adalah syahdunya airmata syukur, taubat dan haru dari jiwa-jiwa damai atas kebesaran karuniaNya kepada manusia.

Para sahabat dan saudaraku yang hidup bersamaku di gunung cahaya ini tidak mengenal agama apapun kecuali agama Allah. Ketika mereka kutanya dari mana mereka datangnya, jawabnya sama dengan yang kurasakan, yaitu berasal dari dunia antahberantah yang amburadul, sesungguhnyalah aku lupa dari mana aku?. Yang pasti aku berasal dari suatu dataran yang penuh kesalahan, juga berisi aneka maksiat dan kebodohan yang tersembunyi. Disini tak pernah kudengar ada mulut lancang yang berkata " Allah ada didalam jiwaku".Yang selalu kudengar adalah nyanyian puja-puji atas kebesaran Nya yang bersairkan perasaan haru dan malu kepadaNYa. Sesungguhnya kami semua ada di dalam genggamanNya sehinggah kami lumpuh. Karena tidak mampu menentukan kaki ini harus kemana?, Dialah yang menata harus kemana kaki kami melangkah.
Hati dan fikiranku tak lagi bertanya: "apa mau_Nya" .....karena fikiranku hanya terpacu buat mewujudkan segala kemauan Nya atas diriku.

Baru kini ku sadari kekuatan cinta Adi qodrati , hingga aku kian hari semakin luluh dan semakin lebur didalam arus qodrat dan iradhatNya, lalu mengalir serupa aliran sungai. Mengalir menuju lembah kehidupan yang gelap, dan beningnya butir-butir air dari jasad cintaku serupa cahaya terang yang indahnya takkan terjangkau kotornya jiwa. Air yang mengalir dari jiwaku hanya  di diinginkan oleh jiwa yang diridhoi Nya....
Dan anehnya bila menyentuh jiwa yang dikuasai persembahan malam, maka laksana air raksa yang akan membekaskan luka.
Alangkah banyaknya orang-orang yang terluka, hingga mereka senantiasa berusaha untuk membendung langkah perjalananku serta memusnahkanku di lautan pasir kesia-siaan, tetapi keperkasaan Allah akan selalu datang. TanganNya yang Perkasa akan menghancurkan bendungan kezhaliman alam itu, dan dibuatNya semakin besar dan deras aliran air cinta kasih ini menuju lembah restuNya. Sebesar dan sehebat apapun bendungan  buatan manusia, takkan kuasa menentang taqdirNya.

Firman Allah:
Pernahkah sampai kepadamu kisah kaum penentang. Yaitu Fir'aun dan Tzamud. Memang orang-orang yang kafir itu selalu mendustakan. Namun Kodrat Allah menguasai seluruh gerak-gerik mereka. Yang mereka katakan dongeng itu, sebenarnya adalah Al-Qur'an yang mulia. Yang tersimpan dalam Lauhul Mahfuzh (QS: al-Buruuj: 17-22).

Kota Dingin
Oleh: Antok Walet