Pada pagi mendung
Mentari kulihat enggan berdiri
Sebagian wajahnya berlumur awan abu-abu
Entah di rasa apa
Sekerikil menghadang di pintu dada
Hingga sekata menjadi marah-marah
Angan begitu saja berbalik langkah
Menggapai-gapai cerita usang
Menelanjangi satu-satu peristiwa
Dalam rangkaian hidup yang rapuh
Menjadi semakin terpaku
Pada pagi yang mulai menangis
Saat mentari tertunduk bisu
Dan awan menjadi menghitam tak lagi abu-abu
Rasa dan rasa seakan menggigil
Kerikil berubah seperti karang bersalju
Marah-marah tak terlampiaskan dalam kata
Bergemuruh sebatas pintu dada
Angan di angan semakin perih
Penghapus jejak melangkah jauh
Sengaja seperti tak memperdulikan pertikaianku
Cerita lalu semakin dekat,
Tangan hitamnya mengusap-usap jidat kepalaku
Aku yang tertegun pada pagi
Saat gerimis menjadi untaian belati
-mengiris-iris kembali hayal masa lalu
-menghujam dalam tepat diluka hati
Antok Walet Ireng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar