Iman dan
taqwa adalah kunci bagi setiap orang, khususnya kaum religius ( agamis ) dalam
menggapai alam ber-Tuhan yang sesungguhnya.
Alam wujudnya taqwa (tawakkaltu
ilal-laah), yaitu taqwa dengan penuh hati kepada Allah.
Firman
Allah:
Yaitu orang-orang yang sabar, orang-orang
yang selalu jujur, orang-orang yang patuh dan taat, orang-orang suka
menafkahkan hartanya di jalan Allah dan orang-orang yang suka mohon ampun di
larut malam (QS. Ali ‘Imran:17).
Pada ayat di atas Allah memberi tanda
(identitas) kepada orang-orang yang taqwa kepada Allah, yaitu bersifat sabar,
jujur, patuh dan taat, suka menafkahkan hartanya di jalan Allah dan suka
memohon ampun kepada Allah di larut malam.
Yang di maksud sabar pada ayat di atas adalah orang yang selalu menerima segala
anugerah Allah dengan sepenuh hati dan syukur. Apapun yang diterimanya dalam
menjalankan hari-harinya, diyakini sepenuh hati sebagia rizki kekayaan yang
datangnya langsung dari Allah sendiri. Sedang yang namanya kekayaan itu memiliki banyak warna, ada yang kaya harta (materi),
kaya hutang, kaya sehat juga kaya penyakit. Tetapi semua itu adalah harta bagi
orang-orang yang bertaqwa. Maka apapun warnanya tetaplah akan mereka terima
dengan sepenuh hati dan syukur.
Sedang yang di maksud jujur dimata Allah adalah orang-orang mulia yang setingkat nabi.
Salah satu bentuk kejujuran adalah orang
yang tidak pernah menutupi kebusukan, kebodohan, dan kesalahan diri sendiri
kepada siapapun. Misalnya bila dia seorang tokoh, maka dia akan
menceritakan segala kekurangan dan kesalahan masa lalunya dengan jujur kepada
pengikutnya.
Lalu yang dimaksud dengan orang yang
memiliki sifat patuh dan taat kepada
Allah dan rosul-Nya adalah orang2 yang hidup dibawah realita Tuhan dan
Rasul2-Nya. Dengan kata lain adalah orang yang tidak lagi menggunakan logikanya
sendiri dalam menjalankan roda kehidupannya. Dalam segala gerak dan langkahnya
selalu berdasarkan realita (kenyataan ketentuan aturan hokum) Allah dan
rosulNya.
Dalam menjalankan roda kehidupan
sehari-harinya selalu mohon petunjuk kepada Allah dan rosulNya lewat kitab2 –Nya dan juga yang telah
jelas-jelas disunnahkan rasulNya. Secara otomatis hal yang demikian ini
mustahil dilakukan oleh orang-orang yang tidak serius dalam memahami agamanya.
Atau dengan kata lain bahwa hal yang demikian itu sangatlah mustahil dilakukan
oleh manusia apabila mereka tidak memahami agamanya dengan benar
. Padahal pemahaman terhadap agama Allah membutuhkan landasan yang tidak
main-main, terutama terutama jiwa yang bersih dan jiwa yang disucikan Tuhan
sendiri.
Jiwa yang masih dipenuhi ego dan ambisi mustahil bisa memahami ajaran Allah dengan benar.
Salah satu tanda dari orang-orang yang masih
dikuasai ego dan ambisi adalah orang yang suka menyembunyikan kebobrokan (kebejatan) moralnya sendiri
kepada sesama.
Firman
Allah:
Sesungguhnya orang yang munafik itu menipu
Allah dan Allah akan melakukan balas tipu kepada mereka. Apabila mereka berdiri
hendak melaksanakan sholat, mereka berdiri dengan malasnya. Mereka kerjakan
sholat karena ingin dilihat oleh orang lain saja. Dan mereka tidak mengingat
Allah kecuali sedikit sekali (QS. An-Nisaa’:142).
Pada surat an-Nisaa’ ayat ke 142 diatas memuat
tanda-tanda orang munafik, diantaranya (1). orang yang mengerjakan sholat tidak
karena Allah (tidak ikhlas), akan tetapi mereka mengerjakan sholat karena ada
keinginan yang tersembunyi yang ingin terpenuhi di balik shalatnya. Misalnya
mengerjakan sholat karena ingin di puji orang lain, ingin mendapat harta yang
banyak (kaya), ingin sehat, ingin sakti, ingin karomah, bahkan ada yang
mengerjakan sholat karena ingin jadi wali….wewewewewe….Jadi sholat yang tidak
karena cinta kepada Allah tetaplah di hukum tidak ikhlas. (2). Orang yang
ketika dipanggil Allah lewat muadz-dzin tidak segera menghadap kepada Allah
karena malas, padahal salah satu tanda bagi orang yang taqwa adalah orang-orang
yang senantiasa menomorsatukan sgala urusan yang berkaitan dengan Allah. (3). Orang
yang sangat sedikit sekali mengingat Allah, bahkan lupa. Hal ini terjadi karena sibuknya mikirin
urusannya sendiri termasuk segala urusan dunia sehingga lupa kepada Allah dan
urusan_Nya yang diamanatkan.
Ketaqwaan
manusia baru terwujud apabila mereka telah menjadikan hari2nya sebagai
hari2 Allah, sehingga sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada dirinya
sendiri untuk menguruskepentingan pribadinya. Dengan kata lain bahwa orang yang
taqwa adalah orang2 yang telah melepaskan kepentingan pribadinya di dalam
mengisi dari2nya dan kemudian menggunakan hari2nya tersebut hanya untuk
mengurus urusan Allah yang telah dibebankan kepadanya.
Alam wushulil-llah di sebut juga alam perjalanan menuju Allah. Tidak
mungkin alam wushulil-llah ini bisa dilalui manisia apabila mereka hanya
berbekal kekuatan nya sendiri. Tanpa campur tangan Allah atas mereka atau jika
Allah tidak ber tajalli dalam jjiwa meraka, maka mustahil mereka mampu berjalan
di dalan Allah.
Jalan Allah adalah hak Allah sendiri dan
Allah menyembunyikan jalan-Nya dari mata siapapun, juga termasuk mata para
malaikat_Nya.
Firman
Allah:
Lalu yang menempuh jalan pendakian itu hendak
lah ia beriman dan saling berpesan untuk bersabar, dan saling berpesan untuk
berkasih sayang. (Qs;al- Balad:17).
Ayat di atas Allah menunjukkan salah satu bekal yang harus
dimiliki oleh manusia yang ingin mengenal dan berjalan di jalan Allah, yaitu
menebarkan rasa kasih sayang kepada sesamanya kapan pun dan dimanapun dia
berada. Dan sungguh mustahil manusia bisa menebar rasa kasih sayang kepada
sesamanya selagi mereka masih mencintai dirinya sendiri.
Ketahuilah bahwa manusia itu terpuruk di
perut kelam bumiyang kotor, sedang Tuhan bertahta di puncak kemulyaan langitNya
yang tinggi. Jalan yang benar2 menuju Allah pastilah mendaki dan jalan tersebut
sangatlah mustahil bisa dilakukan oleh manusia secara physic.
Fisik (ragawi) manusia hanyalah bungkus
(selubung) jasad manusia, sedang jasad manusia yang sesungguhnya sadalah
ruhnya.
Ukuran baik buruknya perilaku manusia
tidak cukup hanya diukur dari perbuatan ragawinya dimata Allah . Yang paling
utama adalah kesucian sang jiwa (ruh). Apabila
bila kita suka menyembunyikan kebusukan kita sendiri, maka mustahil Allah sudi
mensucikan jiwa kita. Jika itu yang ter jadi, maka jangan berharap Tuhan sudi
menerima amal ibadah kita……yezz!!!
Wassalam
Semoga
Bermanfaat Terutama bagi pribadi penulis yang sedang belajar mengartikan bahwa
SALJU ITU DINGIN DAN API ITU PANAS itu saja hehehehehehe….
By; Antok
Walet Ireng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar